Ramadan Ke-14 1444 Hijriah: Lima Ciri Penyakit Hati Manusia


Hati merupakan organ tubuh yang sangat penting dan dengan hati menjadi penentu sifat seseorang. Baik buruknya seseorang berasal dari dalam hatinya.

Dalam bahasa Arab, hati disebut dengan qalbu. Kita sering mendengar betapa pentingnya organ hati tempat lahirnya perasaan tersebut.

Hati menjadi tempat endemi setan dan keburukan-keburukan lainnya. Oleh karena itu, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam semasa kecil pernah dibersihkan hatinya oleh malaikat Jibril ‘Alaihis Salam.

Lantas apakah sebenarnya penyakit hati dalam Islam dan apa bahayanya penyakit ini jika tidak segera diobati? Tentu saja akan menjadikan pemilik hati sakit dan celaka sepanjang usianya.

Penyakit hati adalah penyakit atau gangguan yang ada pada hati dan perasaan manusia. Penyakit ini dalam Islam bukanlah penyakit hati yang menyangkut kesehatan (liver, sirosis, atau sejenisnya).

Penyakit yang ada dalam hati seseorang akan memengaruhi perilaku dan perbuatannya. Firman Allah Subhanahu Wa Ta‘ala;

وَأَمَّا الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ فَزَادَتْهُمْ رِجْسًا إِلَىٰ رِجْسِهِمْ وَمَاتُوا وَهُمْ كَافِرُونَ

“Dan ada pun orang-orang yang di dalam hati mereka ada penyakit, maka dengan surat itu bertambah kekafiran mereka, disamping kekafirannya (yang telah ada) dan mereka mati dalam keadaan kafir” (QS. At Taubah 125).

Dalam firman tersebut disebutkan bahwa penyakit dalam hati seseorang bisa membawa pada kekafiran dan mati dalam keadaan kafir. Oleh sebab itu, sebagai muslim sejati kita harus selalu menjaga hati dari berbagai kotoran dan penyakit yang bisa merusak keimanan dan ketakwaan kepada Allah.

Dalam hadis dari Abbas bin Abdul Muthalib Radhiyallahu ‘Anhu, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda;

أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ ذَاقَ طَعْمَ الْإِيمَانِ مَنْ رَضِيَ بِاللَّهِ رَبًّا وَبِالْإِسْلَامِ دِينًا وَبِمُحَمَّدٍ رَسُولًا

Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: orang yang ridha dengan Allah sebagai Rabb dan Islam sebagai agama serta Muhammad sebagai rasul, maka dia telah merasakan nikmatnya iman” (HR. Muslim No. 49 & HR. Tirmidzi No. 2547)

Dalam hadis di atas, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam menyebut tiga kriteria untuk dapat merasakan lezatnya iman;

a. Dia yang mengesakan Allah dengan sepenuh hati dan pikirannya sehingga menjadi bukti bahwa dirinya ridha bahwasanya Allah sebagai Rabb-nya
b. Dia yang menjadikan syariat Islam sebagai aturan hidupnya, sebagai bukti bahwa dia ridha Islam sebagai agamanya sampai akhir hayatnya
c. Dia mengikuti petunjuk Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam dalam hidupnya

Iman, Islam, dan seluruh turunannya adalah kenikmatan yang bisa dirasakan kelezatannya. Tetapi kenyataannya, banyak orang justru merasa berat atau bahkan merasa tersiksa ketika melakukan ketaatan.

Bisa jadi, bahkan termasuk saya atau Anda, seringkali masih menganggap ketaatan itu sesuatu beban yang sangat sulit dalam kehidupan yang sedang kita jalani.

Fisik manusia selalu demikian adanya. Saat seseorang sakit, selezat apa pun makanan dan minumannya yang diberikan, orang tersebut tidak akan merakan kenikmatan dan kelezatan.

Seperti itulah keadaan orang yang sedang sakit hati (spiritualnya) dan jiwanya. Selezat apa pun nutrisi yang diberikan, dia akan merasakan pahit dan berusaha untuk menolaknya.

Untuk bisa mengembalikan pada kondisi normal, tentu penyakit tersebut harus diobati. Hati sakit yang dibiarkan, selamanya akan sulit untuk menikmati lezatnya iman.

Ada tiga teori pokok untuk mengobati sesuatu yang sakit. Teori ini juga digunakan dalam ilmu medis ketika seorang dokter hendak mengobati pasien-pasiennya.

Menjaga Kekuatan Fisik

Ketika mengobati pasien, dokter akan menyarankan agar pasien banyak makan yang bergizi, istirahat, dan tenangkan pikiran. Tidak lupa, sang dokter juga memberikan multivitamin atau suplemen.

Semua ini dilakukan dalam rangka menjaga kekuatan fisik pasiennya. Orang yang sakit hatinya, salah satu upaya yang harus dia lakukan adalah menjaga kekuatan mentalnya, dengan ilmu yang bermanfaat dan melakukan berbagai ketaatan.

Hatinya harus dipaksa untuk mendengarkan nasihat dan ilmu yang bersumber dari Al Qur‘an dan hadis. Selain itu fisiknya harus dipaksa melakukan ibadah, ketaatan, dan amaliah saleh lainnya.

Sebab ilmu dan amal merupakan nutrisi bagi hati manusia. Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam dalam hadis riwayat Bukhari, memisalkan ilmu itu laksana hujan dan hati manusia sebagaimana tanah.

Oleh sebab itu hati senantiasa butuh nutrisi berupa ilmu, pupuk, dan perawatan supaya selalu sehat rohaninya.

Tak Boleh Terjang Pantangan

Dalam mengobati pasien, tahapan lain yang dilakukan dokter adalah menyarankan pasien untuk menghindari berbagai pantangan sesuai jenis penyakit yang diderita pasien.

Hal yang sama berlaku juga untuk penyakit hati. Orang yang sedang sakit hatinya harus menghindari segala yang bisa memperparah panyakitnya.

Caranya dengan menjauhi semua perbuatan dosa dan maksiat. Sebab dosa dan maksiat merupakan sumber penyakit bagi hati.

Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam menggambarkan bagaimana bahaya dosa bagi hati manusia dalam penjelasan hadis di bawah ini;

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا أَخْطَأَ خَطِيئَةً نُكِتَتْ فِي قَلْبِهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ فَإِذَا هُوَ نَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ وَتَابَ سُقِلَ قَلْبُهُ وَإِنْ عَادَ زِيدَ فِيهَا حَتَّى تَعْلُوَ قَلْبَهُ وَهُوَ الرَّانُ الَّذِي ذَكَرَ اللَّهُ { كَلَّا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ } قَالَ هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ

Dari Abu Hurairah Radliallahu ‘Anhu, beliau bersabda: seorang hamba apabila melakukan suatu kesalahan, maka dititikkan dalam hatinya sebuah titik hitam dan apabila ia meninggalkannya dan meminta ampun serta bertaubat, hatinya dibersihkan dan apabila ia kembali maka ditambahkan titik hitam tersebut hingga menutup hatinya, dan itulah yang diistilahkan ‘Ar Raan’ yang Allah sebutkan dalam surat Al Muthaffifin ayat 14: ‘kallaa bal raana ‘alaa quluubihim maa kaanuu yaksibuun’.” (HR. At Tirmidzi No. 3257 & HR. Ibnu Majah No. 4234).

Menghilangkan Penyakit Dirinya

Tahapan terakhir, setelah dokter memastikan jenis penyakit yang diderita pasien, dokter akan memberikan obat. Tujuannya untuk menghilangkan penyakit tersebut dengan dosis sesuai dengan penyakit pasien.

Cara menghilangkan penyakit yang merusak hati dengan banyak bertaubat, beristighfar, dan memohon ampunan kepada Allah Subhanahu Wa Ta‘ala.

Jika kesalahan itu harus ditutupi dengan membayar kafarat (denda) maka dia siap membayarnya berapa pun. Jika terkait dengan hak orang lain, dia pun siap dengan meminta maaf kepadanya atau menebus dengan hartanya.

Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda;

عَنْ أَبِي عُبَيْدَةَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ أَبِيهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ التَّائِبُ مِنْ الذَّنْبِ كَمَنْ لَا ذَنْبَ لَهُ

“Abu ‘Ubaidah bin Abdullah dari ayahnya dia berkata: Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: orang yang bertaubat dari dosa bagaikan seorang yang tidak berdosa” (HR. Ibnu Majah No. 4240).

Sebab dengan taubat, berarti dia menghilangkan penyakit hati berupa dosa dalam dirinya. Jika dianalogikan secara lahir, taubat adalah menerima hukuman dan pembalasan yang setimpal atas kesalahan yang sudah dilakukannya.

Insya Allah dengan taubat akan membuka pintu hidayah dan mudah untuk menerima petunjuk dari Allah.

Hati yang Mati (Qalbun Mayyit)

Hati yang sakit jika tidak segera diobati dan dibiarkan lama-lama berpotensi menjadi hati mati. Hati yang mati itu sama dengan jasad yang tidak bernyawa.

Meski dipukul, dicubit, atau diiris, ia tidak akan merasakan apa-apa. Seseorang yang hatinya sudah mati, ketika melakukan perbuatan baik atau buruk rasanya sama saja dan biasa-biasa saja.

Ada dua ciri utama hati yang sudah mati;

1. Selalu menolak akan kebenaran dari Allah dan Rasulullah
2. Selalu melakukan kerusakan, berlaku zalim kepada makhluk hidup, dan bahkan zalim terhadap dirinya sendiri

Hati yang sudah mati secara dijelaskan dalam surat Al Baqarah ayat 7;

خَتَمَ اللَّهُ عَلَىٰ قُلُوبِهِمْ وَعَلَىٰ سَمْعِهِمْ ۖ وَعَلَىٰ أَبْصَارِهِمْ غِشَاوَةٌ ۖ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ

“Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat” (QS. Al Baqarah 7).

Dalam riwayat Ibrahim bin Adam atau dikenal juga dengan nama Abu Ishaq yang sedang berjalan di pasar Bashrah, lalu orang-orang mengerumuninya dan seraya bertanya;

Wahai Abu Ishaq, sudah sejak lama kami memanjatkan doa-doa kepada Allah, tetapi mengapa doa-doa kami tidak dikabulkan? Padahal Allah telah berfirman dalam kitab-Nya: berdoalah kalian kepada-Ku, niscaya akan Aku kabulkan doa kalian” (QS. Mu’min/Ghafir 60).

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ

“Dan Tuhanmu berfirman: berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Ku-perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina” (QS. Mu’min/Ghafir 60).

Lalu Abu Ishaq menjawab: hal itu dikarenakan hati kalian telah mati dengan sepuluh perkara sebagai berikut;

1. Kalian mengenal Allah tetapi kalian tidak menunaikan kewajibannya
2. Kalian mengakui mencintai Rasulullah, tapi kalian meninggalkan sunahnya
3. Kalian membaca Al Qur‘an, tapi kalian tidak mengamalkan isi kandungannya
4. Kalian sangat banyak diberi nikmat karunia, tapi kalian tidak banyak bersyukur
5. Kalian selalu mengatakan bahwa setan itu musuh kalian, tetapi kalian mengikuti langkahnya
6. Kalian meyakini surga itu ada, tetapi kalian tidak berbuat amal untuk mengantarkannya ke sana
7. Kalian meyakini neraka itu ada, tetapi kalian tidak lari dari panas siksanya
8. Kalian mengakui bahwa kematian itu benar adanya, tetapi kalian tidak mempersiapkan diri untuk menghadapinya
9. Kalian sibuk mengurusi kekurangan orang lain, akan tetapi lupa pada kekurangan diri sendiri
10. Kalian mengubur jenazah, akan tetapi tidak mengambil pelajaran dari peristiwa kematiannya

Jenis Penyakit Hati

Agar bisa menjaga hati kita dan senantiasa waspada pada penyakit-penyakit hati, seseorang harus mengetahui apa saja penyakit hati tersebut.

Berikut ini adalah beberapa penyakit hati yang biasa terjadi pada manusia dan berbahaya jika dibiarkan begitu saja.

1. Hasad, Iri, dan Dengki

Ketiga jenis penyakit ini hampir sama di mana perasaan hasad atau iri adalah orang yang tidak suka jika seseorang mengalami kebahagiaan sementara perilaku atau sifat dengki lebih parah lagi.

Dia bukan hanya tidak senang jika seseorang mendapatkan kebahagiaan, dia juga akan mendoakan agar kebahagiaan orang tersebut hilang atau berpindah pada dirinya.

Perintah untuk menjauhi penyakit hati ini terkandung dalam firman Allah Subhanahu Wa Ta‘ala;

وَلَا تَتَمَنَّوْا مَا فَضَّلَ اللَّهُ بِهِ بَعْضَكُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ ۚ لِلرِّجَالِ نَصِيبٌ مِمَّا اكْتَسَبُوا ۖ وَلِلنِّسَاءِ نَصِيبٌ مِمَّا اكْتَسَبْنَ ۚ وَاسْأَلُوا اللَّهَ مِنْ فَضْلِهِ ۗ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا

“Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. Karena bagi orang laki-laki ada bahagian daripada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita pun ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu” (QS. An Nisa 32)

Penyakit hati ini juga disebutkan dalam hadis berikut ini

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِيَّاكُمْ وَالْحَسَدَ فَإِنَّ الْحَسَدَ يَأْكُلُ الْحَسَنَاتِ كَمَا تَأْكُلُ النَّارُ الْحَطَبَ أَوْ قَالَ الْعُشْبَ

“Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: jauhilah hasad (dengki), karena hasad dapat memakan kebaikan sebagaimana api melumat kayu bakar” (HR. Abu Daud No. 4257).

2. Sombong (Takabur)

Perilaku sombong atau takabur sangatlah tidak disukai Allah. Seseorang yang sombong biasanya akan merasa bangga pada dirinya dan apa yang dimilikinya dan menganggap remeh orang lain.

Tidak ada manusia di dunia ini yang diperbolehkan memiliki sifat sombong karena hanya Allah Subhanahu Wa Ta‘ala sajalah yang diperbolehkan untuk sombong.

وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا ۖ إِنَّكَ لَنْ تَخْرِقَ الْأَرْضَ وَلَنْ تَبْلُغَ الْجِبَالَ طُولًا

“Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung” (QS. Al Isra 37).

3. Riya/Suka Pamer

Seorang muslim memang senantiasa dianjurkan untuk berbuat baik dan menolong sesamanya.

Akan tetapi seseorang yang berbuat baik hanya untuk pamer atau menunjukkannya pada orang lain dan merasa bangga dengan hal itu adalah termasuk orang yang riya.

Riya sendiri sangat berbahaya dan dilarang dalam Islam. Perbuatan baik atau suatu ibadah sebaiknya hanya diketahui oleh dirinya dan Allah Subhanahu Wa Ta‘ala semata dan tidak menyebut-nyebut ibadah atau pemberiannya tersebut.

Sifat riya bisa menghilangkan pahala kebaikan itu sendiri sebagaimana yang disebutkan dalam firman Allah Subhanahu Wa Ta‘ala;

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالْأَذَىٰ كَالَّذِي يُنْفِقُ مَالَهُ رِئَاءَ النَّاسِ وَلَا يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۖ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌ فَأَصَابَهُ وَابِلٌ فَتَرَكَهُ صَلْدًا ۖ لَا يَقْدِرُونَ عَلَىٰ شَيْءٍ مِمَّا كَسَبُوا ۗ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan pahala sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti perasaan si penerima, seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih tidak bertanah. Mereka tidak menguasai sesuatu pun dari apa yang mereka usahakan dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir” (QS. Al Baqarah 264).

4. Bakhil/Kikir

Sifat bakhil atau kikir merupakan salah satu penyakit hati di mana seseorang yang tidak bersedia atau memberikan sedikit hartanya pada orang yang membutuhkan.

Sementara dia memiliki harta berkelimpahan. Perilaku ini adalah salah satu sifat buruk dan disebutkan dalam firman Allah Subhanahu Wa Ta‘ala;

وَلَا يَحْسَبَنَّ الَّذِينَ يَبْخَلُونَ بِمَا آتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ هُوَ خَيْرًا لَهُمْ ۖ بَلْ هُوَ شَرٌّ لَهُمْ ۖ سَيُطَوَّقُونَ مَا بَخِلُوا بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۗ وَلِلَّهِ مِيرَاثُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۗ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ

“Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. Dan kepunyaan Allah-lah segala warisan yang ada di langit dan di bumi. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS. Al Imran 180).

5. Ujub (Sok-sokan atau Kemlinthi/Kementhus)

Ujub adalah suatu sifat yang suka membangga-banggakan diri atas apa yang ia miliki. Sementara apa yang ia miliki tersebut tidaklah ia sadari bahwa merupakan karunia Allah. Sifat ujub bisa merusak hati dan cenderung membuatnya sombong.

ثَلَاثٌ مُهْلِكَاتٌ : شُحٌّ مُطَاعٌ وَهَوًى مُتَّبَعٌ وَإِعْجَابُ الْمَرْءِ بِنَفْسِهِ

“Tiga hal yang membawa pada jurang kebinasaan: (1) tamak lagi kikir, (2) mengikuti hawa nafsu (yang selalu mengajak pada kejelekan), dan ujub (takjub pada diri sendiri)” (HR. Abdur Razaq 11/304).

Dari An Nu’man bin Basyir Radhiyallahu ‘Anhuma, Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda;

أَلاَ وَإِنَّ فِى الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ . أَلاَ وَهِىَ الْقَلْبُ

“Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik seluruh jasadnya. Jika ia rusak, maka rusak seluruh jasadnya. Ketahuilah bahwa ia adalah hati (jantung)” (HR. Bukhari No. 52 & HR. Muslim No. 1599).

Demikian sedikit gambaran penyakit hati manusia menurut Islam dan bahayanya jika tidak segera diobati. Jika kita memiliki sifat atau salah satu dari ciri-ciri penyakit ini, segeralah bertobat.

Perbanyaklah membaca istighfar, berjanji tidak mengulang, dan memohon ampun kepada Allah. Insya Allah dengan tobat adalah salah satu cara mengobati penyakit hati. Wallahu A’lam Bish Shawab.

Pages

Bengkel Manusia Indonesia Bukan Sembarang Bekam...!
Copyright © 1999 - All Rights Reserved

 

Supported by:

Yayasan An Nubuwwah Batam
Bekam Batam Bengkel Manusia Indonesia
Ruqyah Batam Bengkel Manusia Indonesia
Call Center (+62) 813-2871-2147