Ramadan Ke-17 1444 Hijriah: Kewajiban Kita Setelah Nuzulul Qur’an


Setiap tanggal 17 Ramadan setiap tahun, mayoritas umat di Indonesia merayakan Nuzulul Qur’an. Apa itu Nuzulul Qur’an? Kapan turunnya Al Qur’an? Apa kewajiban kita terhadap Al Qur’an?

Secara bahasa, Nuzulul Qur’an adalah turunnya Al Qur’an. Secara istilah, Nuzulul Qur’an adalah diturunkannya Al Qur’an secara sekaligus dari Lauhul Mahfuzh ke Baitul Izzah (langit dunia) pada Lailatul Qadar.

Lalu Al Qur’an diturunkan secara berangsung-angsur dari Baitul Izzah kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam sekitar 23 tahun. Di sinilah perbedaan tanggal Nuzulul Qur’an.

Oleh sebab itu ada yang memperingati Nuzulul Qur’an pada tanggal 17 Ramadan seperti mayoritas umat Islam di Indonesia. Sedangkan di negara-negara lain ada yang memperingati pada tanggal selain 17 Ramadan.

Syaikh Wahbah Az Zuhaili menjelaskan dalam tafsir Al Munir bahwa sebagian ulama berpendapat Nuzulul Qur’an adalah turunnya Al Qur’an secara sekaligus ke Baitul Izzah.

Sedangkan sebagian ulama lainnya berpendapat bahwa Nuzulul Qur’an adalah permulaan turunnya Al Qur’an kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam yakni wahyu pertama yang turun kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam di Gua Hira.

Sebagaimana yang kita ketahui, Gua Hira berada di atas puncak Jabal Nur atau biasa disebut sebagai Gunung Bercahaya. Jabal Nur memiliki tinggi 642 meter.

Gunung ini menjadi salah satu tempat yang paling istimewa dan sering dikunjungi oleh jemaah haji maupun jemaah umrah saat berada di Makkah. Gua Hira terletak sekira 6 kilometer, sebelah utara Masjidil Haram.

Syaikh Manna Al Qaththan menjelaskan dua perbedaan pendapat itu lebih terperinci. Pendapat pertama merupakan pendapat yang dipelopori Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘Anhu berdasarkan surat Al Baqarah ayat 185, surat Ad Dukhan ayat 4 dan Al Qadr ayat 1.

Pendapat kedua dipelopori oleh Amr bin Syarahil Asy Sya’bi (seorang tabi’in besar, ahli hadis dan fikih, guru Imam Abu Hanifah).

Menurut beliau, surat Al Baqarah ayat 185, surat Ad Dukhan ayat 4 dan Al Qadr ayat 1 tersebut menerangkan tentang permulaan turunnya Al Qur’an kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam.

Syaikh Manna Al Qaththan kemudian menjelaskan bahwa dua pendapat itu sebenarnya tidak bertentangan karena Al Qur’an yang diturunkan dua kali.

Yakni secara sekaligus ke Baitul Izzah lalu secara berangsur-angsur kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam.

Tanggal Nuzulul Qur’an

Karena dari awal telah ada perbedaan, maka lahirlah perbedaan kedua yakni tanggal Nuzulul Qur’an. Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengutip pendapat Ibnu Abbas bahwa Al Qur’an diturunkan sekaligus ke Baitul Izzah pada pertengahan bulan Ramadan. Malam itu bertepatan dengan Lailatul Qadar.

Syaikh Shafiyurrahman Al Mubarakfury dalam buku sirah nabawiyah (sejarah nabi), Ar Rahiqul Makhtum menjelaskan para pakar sejarah berbeda pendapat tentang kapan pertama kali wahyu turun kepada Rasulullah.

Ada yang berpendapat Rabiul Awwal, ada yang berpendapat Rajab dan ada yang berpendapat Ramadan. Dari ketiga pendapat ini, yang kuat adalah bulan Ramadan. Tanggal berapa?

Para ulama berbeda pendapat lagi. Ada yang berpendapat tanggal 7 Ramadan, ada yang berpendapat tanggal 17 Ramadan dan ada yang berpendapat tanggal 18 Ramadan.

Walau demikian, Al Khudhari dalam Muhadharat-nya menguatkan bahwa Al Qur’an turun pada tanggal 17 Ramadan. Pendapat Ibnu Abbas yang menyebut pertengahan Ramadan.

Sedangkan Al Khudhari yang menyebut 17 Ramadan inilah yang membuat mayoritas umat Islam di Indonesia meyakini Nuzulul Qur’an tanggal 17 Ramadan.

Adapaun Syaikh Shafiyurrahman sendiri menegaskan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam menerima wahyu pertama kali di Gua Hira pada hari Senin, tanggal 21 Ramadan bertepatan 10 Agustus 610 Masehi.

Hujjah beliau, Al Qur’an diturunkan pada Lailatul Qadar sedangkan Lailatul Qadar menurut banyak hadis terjadi pada malam ganjil pada 10 hari terakhir bulan Ramadan.

Hadis lain menjelaskan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam pertama kali mendapat wahyu pada hari Senin. Senin pada bulan Ramadan tersebut jatuh pada tanggal 7, 14, 21 dan 28. Sehingga beliau menyimpulkan tanggal 21 Ramadan.

Kewajiban Terhadap Al Qur’an

Paling penting bukanlah tanggal berapa Nuzulul Qur’an turun? Karena ada perbedaan pendapat ulama. Yang paling utama adalah bagaimana interaksi kita terhadap Al Qur’an di bulan yang disebut juga Syahrul Qur’an (Ramadan) ini.

Firman Allah Sabhanahu Wa Ta ‘Ala:

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآَنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ

Artinya:

“Beberapa hari yang ditentukan itu ialah bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda antara yang hak dan yang bathil ” (QS. Al Baqarah 185)

Setidaknya, ada delapan kewajiban kita terhadap Al Qur’an di antaranya:

1. Mengimani Al Qur’an

Bahwa Al Qur’an adalah firman Allah. Al Qur’an bukan makhluk. Al Qur’an adalah kalamullah. Sebagaimana ayat di atas, Al Qur’an diturunkan untuk menjadi petunjuk bagi kita. Tanpa mengimaninya, manusia tidak mungkin menjadikannya sebagai pegangan hidup.

Firman Allah Sabhanahu Wa Ta ‘Ala:

وَالَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ وَبِالْآَخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ

Artinya:

“Dan mereka beriman kepada Kitab (Al Qur’an) yang telah diturunkan kepadamu dan kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat” (QS. Al Baqarah 4)

2. Membaca Al Qur’an (Tilawah)

Al Qur’an adalah kalamullah yang dengan membacanya akan bernilai pahala. Para sahabat biasa mengkhatamkan Al Qur’an sekali dalam sebulan. Dan banyak yang khatam lebih cepat dari itu. Membaca Al Qur’an merupakan perintah Allah.

Firman Allah Sabhanahu Wa Ta ‘Ala:

وَرَتِّلِ الْقُرْآَنَ تَرْتِيلًا

“Dan bacalah Al Qur’an dengan perlahan-lahan” (QS. Al Muzammil: 4)

3. Menadabburi Al Qur’an

Yakni merenungkan Al Qur’an, sehingga kita mengetahui maksudnya dan mengambil pelajaran serta petunjuk dari Al Qur’an.

Firman Allah Subhanahu Wa Ta ‘Ala:

أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآَنَ أَمْ عَلَى قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا

“Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Qur’an ataukah hati mereka terkunci?” (QS. Muhammad 24)

4. Menghafalkan Al Qur’an

Al Qur’an yang kita baca saat salat, yakni surat Al Fatihah dan setelahnya. Maka hendaknya kita menghafal Al Qur’an sesuai kemampuan masing-masing. Yang ideal adalah menghafalkan Al Qur’an seluruhnya lengkap 30 juz.

Kedudukan para penghuni surga nanti akan berbanding dengan hafalan Al Qur’annya. Semakin banyak menghafal Al Qur’an maka semakin tinggi kedudukannya di surga.

Sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam;

يُقَالُ لِصَاحِبِ الْقُرْآنِ اقْرَأْ وَارْتَقِ وَرَتِّلْ كَمَا كُنْتَ تُرَتِّلُ فِى الدُّنْيَا فَإِنَّ مَنْزِلَكَ عِنْدَ آخِرِ آيَةٍ تَقْرَؤُهَا

Artinya:

“Akan dikatakan kepada shahibul qur’an (di akhirat): bacalah dan naiklah, bacalah dengan tartil sebagaimana engkau membaca dengan tartil di dunia. karena kedudukanmu tergantung pada ayat terakhir yang engkau baca” (HR. Abu Daud)

5. Mengamalkan Al Qur’an

Yang kelima adalah mengamalkan Al Qur’an. Apa yang Allah perintahkan dalam Al Qur’an kita lakukan, apa yang Allah larang dalam Al Qur’an kita tinggalkan. Pendek kata, kita menjadikan Al Qur’an sebagai petunjuk hidup.

Firman Allah Subhanahu Wa Ta ‘Ala:

ذَلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ

Artinya:

“Kitab (Al Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa” (QS. Al Baqarah 2)

6. Mendakwahkan dan Mengajarkannya

Kewajiban kita berikutnya adalah mendakwahkan dan mengajarkan Al Qur’an. Mengajarkan Al Qur’an ini menjadikan kita menjadi manusia terbaik dalam pandangan Allah Subhanahu Wa Ta ’Ala.

Sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam;

خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ

Artinya;

“Sebaik-baik kalian adalah yang memelajari Al Qur’an dan mengajarkannya” (HR. Bukhari)

7. Memperjuangkan dan Membelanya

Kita juga berkewajiban memperjuangkan dan membela Al Qur’an. Memperjuangkan agar nilai-nilai Al Qur’an tegak dalam kehidupan dan membela jika Al Qur’an dihina atau dinistakan.

Pada hakikatnya, sebenarnya Allah tidak membutuhkan pembelaan kita. Namun dengan membela Al Qur’an, Allah akan membela dan menolong kita sebagaimana firman-Nya;

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِنْ تَنْصُرُوا اللَّهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ

Artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu” (QS. Muhammad 7)

8. Menerapkan dalam Kehidupan Bermasyarakat

Tidak cukup hanya mengamalkan Al Qur’an secara pribadi. Kita perlu berupaya menerapkan Al Qur’an dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Sebab Al Qur’an adalah petunjuk hidup dan Allah menghendaki kita menerapkan Islam secara kaffah (menyeluruh).

Firman Allah Subhanahu Wa Ta ‘Ala:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ

Artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu” (QS. Al Baqarah 208)

Demikian penjelasan tentang Nuzulul Qur’an mulai arti, tanggal terjadinya hingga kewajiban kita terhadap Al Qur’an. Semoga kita bisa mengamalkan di dalam dan luar Ramadan.

Pages

Bengkel Manusia Indonesia Bukan Sembarang Bekam...!
Copyright © 1999 - All Rights Reserved

 

Supported by:

Yayasan An Nubuwwah Batam
Bekam Batam Bengkel Manusia Indonesia
Ruqyah Batam Bengkel Manusia Indonesia
Call Center (+62) 813-2871-2147