Ramadan Ke-24 1444 Hijriah: Lailatul Qadar Turun Pada Malam Ganjil


Ramadan 1444 Hijriah tahun ini merupakan bulan yang penuh berkah, rahmat, ampunan, dan banyak sekali keistimewaan yang telah Allah anugerahkan kepada kita umat Islam.

Mulai dari ampunan dosa, dilipatgandakan ratusan pahala, diturunkannya Al Qur’an, dan masih banyak keistimewaan di dalamnya.

Termasuk turunnya Lailatul Qadar. Malam yang menurut Muhyiddin Ibnu Arabi dalam Ahkamul Qur’annya sebagai kado istimewa untuk umat Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam yang tidak akan tertandingi oleh apa pun.

Walau demikian, kapan terjadi Lailatul Qadar? Kita tidak ada yang tahu secara pasti. Inilah poin pentingnya selama kita menjalankan puasa Ramadan.

Ketidakpastian waktunya mengandung hikmah yang sangat besar. Supaya membuat manusia terus beribadah setiap malam dengan harapan mendapatkan kemuliaan Lailatul Qadar.

Jika waktunya Lailatul Qadar sudah pasti, tentu saja kita akan menunggu dan hanya beribadah pada waktu tersebut. Seperti halnya salat Jumat atau ibadah-ibadah lainnya yang diketahui waktunya.

Walaupun tidak bisa dimungkiri, banyak dari kita yang masih enggan melakukan ibadah yang sudah jelas waktunya.

Adapun terkait ciri-ciri Lailatul Qadar, para ulama dengan petunjuk dari hadis Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam hanya mampu menjelaskan ciri-cirinya saja.

Bahwasanya pada malam tersebut (Lailatul Qadar) ditandai dengan hawa dan kondisi tenang, tidak terlalu dingin atau terlalu panas. Ini sebagaimana yang disebutkan dalam hadis yang berbunyi:

“Lailatul Qadar adalah malam yang terang, tidak panas, tidak dingin, tidak ada awan, tidak hujan, tidak ada angin kencang dan tidak ada yang dilempar pada malam itu dengan bintang (lemparan meteor bagi setan)” (HR. At Thabrani).

Di antara ciri lainnya, yakni terjadi di dalam mimpi. Seperti yang dialami oleh sebagian sahabat Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam.

Dari sahabat Ibnu Umar Radliyallahu ’Anhuma bahwa beberapa orang dari sahabat Nabi Muhammad diperlihatkan malam Qadar dalam mimpi (oleh Allah) pada 7 malam terakhir (Ramadan), kemudian Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam berkata:

”Aku melihat bahwa mimpi kalian (tentang Lailatul Qadar) terjadi pada 7 malam terakhir. Maka barang siapa yang mau mencarinya maka carilah pada 7 malam terakhir.” (HR. Muslim).

Di antara ciri-ciri umumnya berupa gejala alam yang terjadi pada malam tersebut atau bahkan keesokan harinya. Namun kita tidak boleh terfokus dengan hanya mengintip ciri-cirinya saja.

Justru yang kita fokuskan adalah memperbanyak ibadah pada 10 terakhir Ramadan dan memperbanyak amalan yang baik-baik.

Dari sudut pandang kemuliaannya, Lailatul Qadar lebih utama dari seribu bulan (alfu syahrin). Surat Al Qadr menggambarkan adanya Lailatul Qadar dengan turunnya para malaikat di malam itu.

Tujuannya untuk mengurus berbagai urusan, kedamaian, dan kesejahteraan malam tersebut sampai fajar menyingsing. Menurut perhitungan Syaikh Abdul Halim Mahmud, seribu bulan (alfu syahrin) setara dengan 83 tahun 4 bulan.

Hitungan ini merupakan umur standar manusia (dzalika ‘adah ‘umril insan). Beliau menulis “seribu bulan adalah delapan puluh tiga tahun empat bulan. Itu merupakan standar umum umur manusia.”

Lailatul Qadar (alfu syahrin) lebih baik dari umur setiap manusia, baik umur manusia pada masa lalu atau umur manusia di masa mendatang.

Intinya, Lailatul Qadar lebih baik dari (usia) zaman. Demikian pendapat Syaikh Abdul Halim Mahmud dalam kitab Syahr Ramadan.

Keberadaan Lailatul Qadar menurut hadis Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam kemungkinan terjadi pada akhir 10 Ramadan.

Sebab Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam selalu memperbanyak beribadah pada sepertiga akhir bulan Ramadan. Sebagaimana disebutkan dalam Imam Muslim, beliau meriwayatkan dari Aisyah Radhiyallahu Anha:

“Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersungguh-sungguh dalam sepuluh hari akhir bulan Ramadan, hal yang tidak beliau lakukan pada bulan lainnya”.

Disebutkan dari Aisyah Radhiyallahu ’Anha: “Bahwasanya Nabi Muhammad Shallallahu ’Alaihi Wasallam senantiasa beri’tikaf pada sepuluh hari terakhir dari Ramadan hingga Allah mewafatkan beliau.”

Lantas di mana 10 akhir Ramadan itu? Apakah malam ke-21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29 atau kapan? Sudah ditegaskan dalam hadis bahwa malam Lailatul Qadar itu akan terjadi pada malam-malam ganjil.

Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wasallam bersabda:

“Carilah Lailatul Qadar itu pada malam-malam ganjil dari sepuluh hari terakhir (bulan Ramadan)” (HR. Bukhari).

Ciri-ciri Malam Lailatul Qadar

Meskipun Lailatul Qadar tidak bisa kita pastikan kapan terjadinya? Selain mengikuti hadis Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wasallam dan para ulama, kita juga bisa memprediksi kedatangannya dengan mengamati kondisi alam yang ada di sekitar kita.

Beberapa ciri-ciri malam Lailatul Qadar bisa dilihat dari gejala alam berdasarkan beberapa hadis Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wasallam:

1. Pada pagi harinya sinar matahari tidak terlalu panas dan cuaca terasa sejuk. Hal ini berdasarkan hadis riwayat Imam Muslim

2. Malam harinya langit terlihat bersih, tidak terdapat awan, suasana terasa tenang dan sunyi, udara juga tidak dingin tidak pula panas

Dalam hadis lain Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wasallam bersabda:

لَيْلَةُ القَدَرِ لَيْلَةٌ سَمْحَةٌ طَلَقَةٌ لَا حَارَةً وَلَا بَارِدَةً تُصْبِحُ الشَمْسُ صَبِيْحَتُهَا ضَعِيْفَةٌ حَمْرَاء

Artinya:

“Lailatul qadar adalah malam yang penuh kemudahan dan kebaikan, tidak begitu panas, juga tidak begitu dingin, pada pagi hari matahari bersinar tidak begitu cerah dan tampak kemerah-merahan” (HR. Ath Thayalisi dan HR. Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman).

Hanya saja, pengamatan berdasarkan gejala alam tersebut tidak bisa dijadikan acuan (patokan) untuk bisa meraih malam Lailatul Qadar.

Imam Ibnu Hajar Al Atsqalani menegaskan bahwa ciri-ciri gejala alam tersebut akan tampak setelah malam Lailatul Qadar-nya berlalu.

Bukan sebelum atau saat sedang terjadi sehingga kita bisa mempersiapkan diri sebelum tepat kedatangannya (Ibnu Hajar, Fathul Bari, Juz IV, hal. 260).

Pada akhirnya, kita berkesimpulan bahwa malam Lailatul Qadar tidak bisa diprediksi dengan pasti kapan tepatnya terjadi.

Kita hanya bisa berikhtiar dengan memperbanyak ibadah selama satu bulan Ramadan lalu menyerahkan hasilnya kepada Allah. Biarlah Allah yang akan menilai keikhlasan ibadah kita.

Semoga setiap kita menjalankan ibadah Ramadan dari tahun ke tahun dan tahun-tahun berikutnya diberikan kesempatan oleh Allah untuk menerima Lailatul Qadar, aamiin ya robbal ’alamin. Wallahu A’lam Bish Shawwab.

Tags

Pages

Bengkel Manusia Indonesia Bukan Sembarang Bekam...!
Copyright © 1999 - All Rights Reserved

 

Supported by:

Yayasan An Nubuwwah Batam
Bekam Batam Bengkel Manusia Indonesia
Ruqyah Batam Bengkel Manusia Indonesia
Call Center (+62) 813-2871-2147